Ranjau-ranjau Liburan Siswa Pesantren
Satu pekan pasca liburan siswa, saya sering mendapatkan banyak keluhan dari para orang tua yang kebetulan putra-putri mereka sedang mondok di pesantren. Mereka mengeluh bahwa anaknya tidak kerasan di Pesantren bahkan beberapa dari anak tersebut memaksakan diri untuk pulang ke rumah dan tidak mau lagi belajar di pesantren. Dari beberapa fenomena tersebut ada beberapa kesamaan di antara mereka. Pertama, fenomena ini banyak terjadi pada anak-anak yang baru masuk pesantren dan liburan yang lalu adalah liburan pertamanya. Kedua, fenomena tersebut sering terjadi setelah liburan terutama pada liburan pendek mereka pada semester pertama. Menghadapi kenyataan bahwa anak kita mulai tidak kerasan di pesantren tentu cukup membuat kita galau dan dilema apalagi sampai mereka keluar dari Pesantren, namun sebagai orang tua tentu kita perlu untuk mengevaluasi apa yang terjadi pada liburan mereka sehingga kita dapat belajar untuk adiknya atau saudara-saudara kita lain yang juga akan memasukkan anaknya di pesantren.
1. Pada saat liburan ada perbedaan yang sangat besar antara aktivitas mereka di pesantren dan di rumah. Di pesantren mereka dituntut untuk shalat berjamaah, tilawah, melakukan segala hal secara mandiri dan banyak aturan pesantren sementara selama liburan di rumah tidak ada lagi kewajiban untuk shalat berjamaah, tilawah serta berbagai macam aturan semuanya dikerjakan oleh orang tua dan pembantu. Melalui fakta ini orang tua justru lebih sering mendukung dengan alasan biarlah anaknya istirahat. Apa yang terjadi saat waktu liburan sudah usai, anak membayangkan betapa nikmatnya di rumah dan betapa beratnya di pesantren. Kondisi ini akan membuat anak merasa berat untuk kembali ke pesantren.
2. Saat anak liburan di rumah, orang tua cenderung untuk menuruti segala permintaan anak seperti gawai, baju-baju kesukaan anak, mainan, kendaraan dan lain-lain. Beberapa barang yang telah dibeli selama liburan oleh anak tidak diperbolehkan untuk dibawa ke pesantren membuat anak selalu teringat barangnya saat mereka kembali ke pesantren. Mereka merasakan betapa beratnya harus berpisah dengan barang kesukaan mereka.
3. Selama liburan anak, orang tua berusaha memasak sesuatu yang disenangi anaknya secara berlebihan. Hal ini sebenarnya sangatlah wajar bagi seorang ibu yang mencintai anaknya namun sesuatu yang berlebihan sangatlah tidak baik, bahkan dapat membangun pemahaman betapa enaknya masakan di rumah dibandingkan di pesantren.
4. Banyak orang tua memberikan kesempatan kepada anaknya untuk menunda waktu kembali anak paska liburan selesai bahkan di antara mereka mengantar ke pesantren melewati jadwal yang telah ditetapkan oleh pesantren. Sikap lunak orang tua ini akan mendorong anak mengambil peluang sering pulang ke rumah pada saat bukan liburan akhirnya anak yang sering izin keluar biasanya mereka mudah tidak kerasan untuk di pesantren.
Berawal dari beberapa fenomena di atas, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh orang tua saat putranya libur dari pesantren, di antaranya adalah :
1. Membuat peraturan rumah dan aktivitas anak selama liburan di rumah mirip dengan peraturan dan aktivitas anak di pesantren seperti tetap shalat berjamaah, tilawah, membersihkan kamar sendiri dan lain-lain sehingga saat mereka kembali di pesantren tidak merasa kaget dan heran.
2. Memberikan apa yang diminta sesuai dengan kebutuhannya. Tidak baik bagi para orang tua dengan alasan bahwa putra dan putri mereka yang di pesantren jarang merasakan kenikmatan sebagaimana saudara mereka di rumah, kemudian memberikan apapun yang diminta oleh anak seperti gawai terbaru, pakaian terbaru yang tidak boleh dipakai di pesantren, pergi ke tempat yang disenangi oleh anak, dan lain-lain justru semua pemberian yang tidak dapat dimanfaatkan di pesantren di atas akan membuat anak selalu ingat barang atau pengalamannya selama mereka di pesatren.
3. Secara naluri mayoritas anak cenderung menunda-nunda waktu kembali ke pesantren. Hal ini seperti anak kecil yang terdorong untuk menyusu ke ibunya walaupun sudah saatnya untuk disapih. Sikap tegas dan bijak orang tua untuk tetap mengantarkan putranya kembali ke pesantren tepat waktu akan membuat anak anak merasa ringan ketika masuk pesantren. Sebaliknya menunda-nunda untuk mengantarkan anak justru menjadi beban berat anak masuk pesantren, karena masa adaptasi anak agak terlambat.
Dari : Griya Parenting Indonesia
Muhammad Harizon
No comments