Menu
Muhammad Harizon

Sajak-Sajak Gusmita Safitri

Gusmita Safitri bersama buku pertamanya.

SAJAK- SAJAK GUSMITA SAFITRI

JODOH TERLARANG

Piring cuma pecah dua buah, gelas hilang tiga
Semuanya mulai dikemas dan disusun ke peti
Tersisa bekas berling belum terbuang
Dan beberapa hidangan yang tak habis termakan

Sepasang pengantin ini terlihat lelah
Menjunjung sunting dari penjara
Ia terkekang, seolah-olah perasaan yang dipaksakan

Malam ini sepasang kekasih bakal makan berdua
Saling menyuapi caci, bermalam pertamakan api
Berulang kali berpelukan dengan sesal
Ia kelaparan, lauknya dicampuri halusinasi
Ia pergi, jauh ke planet yang tak bernutrisi
Dengan lelah, puisinya mati.

Pandai Sikek, 2019




PENYAIR KESEPIAN

Lelah sudah angannya berkoar
Ia hidup ditepi kuburan, bersama mayat patah hati
Sesekali ada sepasang kekasih melewatinya
Ia murka, dan meraba-meraba pundak tamunya
Ia berkata “ aku ini mantan dari singa tak berkepala”
Kecewa terlalu subur di benaknya
Hingga ia menjadi penyair kesepian
Merakit kata yang menjebaknya pada kebuntuan

   
Pandai Sikek, 2019





PENANTIAN KEDUA

Takut diterjang ombak, ia pergi berlayar ke pulau dewasa
Ia tinggalkan rumah penghidupannya dan anak harapan 
Tanpa ia pagari, ia biarkan kerang merangkak ke pondasinya
Pulau sasaran kedua telah  menanti dengan raut wajah berseri
Ruang-ruang yang hijau, bersih, daun-daun yang tak punya simpanan
Atau disana pohon tetangga yang utuh.
Dan pandai menjaga bidang tanahnya.
Dan buah manis sedang menungu toga. 
Ia wisuda sarjana dan merdeka dari tungkai ayahnya


Pandai sikek, 2019





SETIAP MANUSIA ITU CACAT

Aku merasa asing dalam kepungan anganmu
Masak iya perpisahan ini cuma karna aku tak seperti jerapah
Atau karna dirimu yang tak seperti melati
Setiap manusia itu cacat, 
Pertemuan ini berujung di restoran padang
Sangat wangi aroma, dirasa beragam pula
Banyak karyawannya dan berbeda lidahnya
Aku tegaskan lagi ya, setiap manusia itu cacat.


Pandai sikek, 2019






KEHIDUPAN DI PONDOK KILANGAN

Di surau Banto, sebelum jalan tangah nan runyam
Ada pondok kilangan menjulang ke ngarai
Di dalamnya ada beberapa manusia dengan gelimang peluh
Menyapa kerbau, memutari dunianya demi sekarung rumput

Tebu tak berdosa ia lukai tanpa makna
Demi menghidupi empat saudara
Bercelana merah, dongker, abu-abu.
Satu lagi tak bercelana.
Pondok kilangan ini adalah istana semut
Banyak sepah manis dibuang.


                                                                               Pandai sikek, 2019



PROFIL PENULIS

GUSMITA SAFITRI,  lahir di Bukittinggi, Sumatra barat pada rabu, 25 agustus 1999. Ia seorang mahasiswi di sebuah Universitas Muhammadiyah Sumatra Barat jurusan Administrasi Rumah Sakit. Ia menyukai dunia menulis semenjak masih berada dibangku SMP/ MTSD  di Pandai Sikek yang pada saat itu masih dalam bentuk coretan diary. Ia pun aktiv menulis dibeberapa akun seperti watpad, facebook, dan sosial media lainnya. Buku perdananya berjudul “Kembali Dari Masa Lalu” ( Erka Puplishing : 2019).  Dan buku kedunya adalah “Diary Cumi Cumi “ (FAM Puplishing) .Adapun beberapa puisi yang telah terbit “FAM Puplishing ; Setangkai Padi yang Merunduk (Dibalik Pelepah Hijau Tak Berpucuk), MEDIA Sualla ; Sejuta sajak (Biarkan Saja Mawarku Layu)”. Ig : Gusmitasafitri Fb: gusmita safitri, contack : 082386183654


Gusmita Safitri








No comments